Profesi perawat merupakan tulang punggung sistem pelayanan kesehatan, namun seringkali diwarnai dengan tekanan kerja yang tinggi. Dalam konteks ini, kepuasan kerja menjadi faktor krusial yang tidak hanya memengaruhi kesejahteraan perawat secara individu, tetapi juga berdampak signifikan pada tingkat absensi di institusi kesehatan. Memahami hubungan erat antara kedua aspek ini penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan menjaga kualitas pelayanan pasien.
Kepuasan kerja perawat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari beban kerja yang proporsional, kompensasi yang adil, dukungan dari rekan kerja dan atasan, peluang pengembangan karir, hingga pengakuan atas kontribusi mereka. Ketika perawat merasa puas dengan pekerjaannya, mereka cenderung lebih termotivasi, produktif, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi dan organisasi tempat mereka bekerja.
Sebaliknya, tingkat kepuasan kerja yang rendah dapat memicu berbagai dampak negatif, salah satunya adalah peningkatan tingkat absensi. Perawat yang tidak puas mungkin lebih sering mengambil cuti sakit, datang terlambat, atau bahkan mempertimbangkan untuk meninggalkan profesi. Absensi yang tinggi tidak hanya mengganggu jadwal kerja dan menambah beban bagi perawat lain, tetapi juga berpotensi menurunkan kualitas pelayanan pasien akibat kekurangan staf.
Mengapa kepuasan kerja dan tingkat absensi perawat memiliki korelasi yang kuat? Pertama, ketidakpuasan kerja seringkali berakar pada stres dan kelelahan emosional (burnout). Perawat yang merasa kewalahan, kurang dihargai, atau tidak memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi lebih rentan mengalami masalah kesehatan fisik dan mental, yang pada akhirnya dapat menyebabkan mereka mengambil cuti sakit.
Kedua, lingkungan kerja yang tidak mendukung atau adanya konflik interpersonal dapat menurunkan motivasi dan rasa memiliki terhadap pekerjaan. Perawat yang merasa tidak nyaman atau tidak dihargai di tempat kerja mungkin kurang termotivasi untuk hadir dan memberikan yang terbaik.
Ketiga, kurangnya peluang pengembangan karir atau rasa stagnan dalam pekerjaan dapat mengurangi kepuasan dan meningkatkan keinginan untuk mencari pekerjaan lain. Sebelum benar-benar keluar, perawat yang tidak puas mungkin menunjukkan pola absensi yang lebih tinggi.
Untuk mengatasi masalah absensi yang terkait dengan rendahnya kepuasan kerja, organisasi pelayanan kesehatan perlu mengambil langkah-langkah proaktif.