Penyakit Jantung Koroner (PJK), kondisi di mana arteri yang memasok darah ke jantung menyempit atau tersumbat, merupakan penyebab utama kematian di dunia modern. Namun, jejak penyakit ini ternyata telah ada jauh sebelum gaya hidup serba cepat dan makanan tinggi lemak mendominasi. Menelusuri sejarah PJK memberikan wawasan menarik tentang evolusi pemahaman dan penanganannya.
Bukti paling awal mengenai kemungkinan adanya PJK ditemukan pada mumi Mesir kuno, termasuk Firaun Merneptah yang hidup sekitar 1200 SM. Pemeriksaan mumi menunjukkan adanya aterosklerosis, pengerasan arteri akibat penumpukan plak, yang merupakan dasar dari PJK. Temuan ini mengejutkan dan menunjukkan bahwa PJK bukanlah semata-mata penyakit modern, melainkan mungkin dipengaruhi oleh faktor lain selain gaya hidup kontemporer.
Pada zaman Yunani dan Romawi kuno, meskipun belum ada pemahaman mendalam tentang sistem kardiovaskular, beberapa catatan medis mungkin mengarah pada gejala PJK. Namun, fokus utama penyakit pada masa itu lebih tertuju pada infeksi dan penyakit menular.
Perkembangan pemahaman tentang PJK mulai signifikan pada abad ke-17 dan ke-18. Friedrich Hoffmann (1660-1742), seorang profesor kedokteran, mencatat bahwa PJK dimulai dengan “berkurangnya aliran darah di dalam arteri koroner”. Ini merupakan pengamatan penting yang mengarah pada pemahaman patofisiologi penyakit.
Pada abad ke-19, deskripsi klinis angina pektoris (nyeri dada akibat kurangnya aliran darah ke jantung) semakin jelas. Namun, hubungan langsung antara angina dan penyempitan arteri koroner belum sepenuhnya dipahami.
Terobosan penting terjadi pada awal abad ke-20. Ahli jantung Amerika, James B. Herrick, pada tahun 1912 menyimpulkan bahwa penyempitan bertahap arteri koroner dapat menjadi penyebab angina. Ia juga menjelaskan bagaimana oklusi mendadak arteri koroner dapat menyebabkan serangan jantung. Karya Herrick menjadi landasan bagi pemahaman modern tentang PJK.
Studi Framingham, yang dimulai pada tahun 1948, memberikan kontribusi besar dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko PJK. Studi jangka panjang ini meneliti ribuan penduduk Framingham, Massachusetts, dan berhasil mengidentifikasi peran penting tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, diabetes, dan obesitas dalam perkembangan PJK.